Mungkin
agak sedikit terlambat gue membahas topic hangat yang belakangan rame
diberitakan di Idonesia. Apalagi kalo bukan berita duka jatuhnya pesawat sukhoi
super jet 100 di gunung salak, Bogor, beberapa waktu lalu dan mengakibatkan
seluruh penumpangnya meninggal dunia. Indonesia berduka lagi kala itu.
Jujur,
saat menonton beritanya, gue agak sedikit ogah – ogahan. Sedangkan teman –
teman serumah dan di kampus udah pada heboh dengan ekspresi sedih mereka. Saat
itu gue cuma sanggup berpikir sejauh, “Ya Allah, keluarga yang ditinggalkan
pasti sedih banget…”. Tanpa benar – benar merasakan kesedihan mendalam yang
sebenarnya dirasakan oleh mereka. Tapi kemaren gue nonton sebuah program
talkshow milik stasiun tv swasta yang icon-nya ikan terbang, acara tersebut
mendatangkan istri seorang pilot dan anaknya. Gue ragu bapak pilot itu yang
jadi pilot pesawat atau juga cuman sebagai penumpang doang.
Dari
pembicaraan ibu-anak dan Uya, sebagai pembawa acara, gue lagi – lagi juga
sanggup berpikir, “Kasian Ya Allah, pasti sedih banget…”. Tapi setelah gue
ikutin bener – bener, ga ada tangisan sedikitpun yang keluar dari ibu maupun
anak laki - lakinya tersebut. Mereka tegar sekali menghadapi kepergian suami,
papa, orang tercinta mereka. Gue ngerasa justru ketegaran mereka yang
menghidupkan kemanusiaan pada diri gue. Dari balik ketegaran mereka justru gue
merasakan kesedihan teramat dalam yang mungkin, dan pasti mereka rasain.
Korban
pesawat sukhoi mungkin emang ga pernah bisa hidup lagi. Tapi kepergian mereka
justru menyisakan PR yang sangat berat bagi banyak pihak. Karena kita juga ga
bisa nentuin pihak mana yang paling salah dan bertanggung jawab atas kecelakaan
yang mereka alamin.
Sekarang
kita mungkin cuma bisa berdo’a untuk mereka. Selamat jalan korban pesawat
sukhoi super jet 100 J
Indonesia pray for you!