Sabtu, Maret 03, 2012

25 minutes

25 minutes

      Saat ini aku sedang mengenang masa – masa indahku dengan Becky yang memang tidak berlangsung lama. Dan sekarang Becky menghilang entah kemana tanpa meninggalkan sepatah kata pun kepadaku.
      “Becky, aku akan selalu menyayangimu seperti ini. Tidak akan berkurang sedikitpun. Justru mungkin akan bertambah. Kuharap kau pun begitu padaku…”ujarku kepada Becky.
      “Oh, ayolah, Ron! Seperti aku akan meninggalkanmu saja! Itu tidak akan pernah terjadi. Kepada siapa lagi aku akan bermanja – manja seperti ini kalau bukan kepadamu?” goda becky kala itu dengan penuh senyuman kepadaku. Hal ini terasa sangat meyakinkan mengingat aku dan Becky adalah pasangan serasi yang selalu membuat iri teman – teman kami.
      Tapi sekarang? Entahlah! Aku bahkan tidak tahu apa alasannya pergi meninggalkanku. Sekali lagi kupandangi layar ponselku. Berharap Becky menghubungiku sedetik kemudian. Dan aku tetap tahu bahwa ini adalah pengharapan yang sia – sia.

$$$

      “Tammy, ku mohon beri tahu aku dimana Becky sekarang. Aku hampir putus asa mencarinya. Dan aku tahu kau pasti tahu dimana keberadaannya. Hanya kau satu – satunya sahabat terbaik Becky…” rayuku pada Tammy. Seperti yang telah kukatakan dia adalah satu – satunya sahabat terbaik Becky.
      “Memang begitulah seharusnya, Ronald! Tapi masalahnya, Becky pun ikut menghilang dariku. Aku benar – benar minta maaf!” ujarnya takut – takut. Aku yakin ada suatu hal yang dia coba sembunyikan dariku.
      “Kau yakin tidak ada yang kau sembunyikan dariku, Tam?” tanyaku meyakinkannya.
      “Eh, ti – tidak. Kau kan pacar sahabatku. Apa yang harus kusembunyikan darimu, Ron?”
      “Hhh… baiklah kalau begitu. Aku permisi saja… mungkin memang belum takdirku untuk bertemu dengannya.”
      Aku pun meninggalkan Tammy. Dan sekali lagi aku tahu dia memandangku dengan tatapan mengiba. Seandainya aku tahu apa yang ia dan Becky sembunyikan dariku.

$$$

      “Nyonya Hess, mungkin saya telah menyakiti hati putri Anda. Untuk itu saya benar – benar minta maaf…” aku memohon pada nyonya Hess, ibu kandung Becky. Aku sekarang sedang duduk di sofa empuk di ruang tamu rumah keluarga Becky. Tapi ia tetap tidak ada di rumah.
      “Kau tidak salah, anakku. Tapi memang ada suatu hal yang aku tidak bisa sampaikan padamu. Aku sudah terlanjur berjanji pada Becky untuk tidak mengabari apapun tentangnya kepadamu.” Wajah Nyonya Hess kelihatan mengiba ketika menjawab permohonanku.
      “Sepertinya putri Anda benar – benar menginginkan saya bunuh diri di hadapan Anda!”
      “Kau tidak perlu melakukan itu, anakku. Putriku berpesan untuk menyampaikan sesuatu padamu…”
      Pernyataan Nyonya Hess membuat aku serasa memiliki sebuah harapan untuk dapat menemukan Becky dan membawanya kembali ke sisisku.
      “Apa katanya?” buruku.
      “Dia hanya berpesan agar kau terus mencari. Mungkin ada suatu tempat yang kau lewatkan. Mungkin kau tidak pernah berfikir untuk mencarinya di tempat tersebut,”jawab Nyonya Hess.
      Otakku berputar lebih cepat menanggapi satu – satunya petunjuk yang diberikan Becky kepadaku. Oh ayolah Ron, berpikirlah! Tempat dimana kau dan Becky pernah bertemu atau mungkin pergi bersama, dan aku tidak pernah berpikir Becky ada di sana! Aku tau, aku tau!  Gedung teater kampus kami! Mungkin itu tempatnya. Itu adalah tempat pertama kali aku bertemu Becky. Aku memang tidak pernah berpikir kenapa Becky akan menungguku di tempat itu? Karena kami sudah lulus sejak empat tahun yang lalu. Dan aku dan Becky pun tidak pernah lagi berkunjung ke tempat itu.

$$$

      Hari ini adalah hari minggu. Aku memiliki banyak waktu untuk mencari Becky dan memintanya kembali lagi padaku. Atau mungkin pertama – tama aku akan minta maaf dulu padanya. Aku sudah berdiri di hadapan kampus kami. Sepertinya sedang ada acara yang diselenggarakan karena ramai sekali mobil yang terparkir padahal hari ini seharusnya hari libur. Mungkin itu dia! Hari ini ada pertunjukan teater dan Becky bermaksud memberikan kejutan padaku dengan kehadirannya. Sama seperti waktu kami pertama kali bertemu dulu.
      Dengan riang aku melangkah terus hingga sampai di depan gedung pertunjukan teater. Jantungku berdegup kencang saat melihat seseorang yang sangat aku kenal berdiri hanya beberapa meter di depan mataku. Itu dia! Becky! Takdir akhirnya mempertemukan kembali aku dan Becky di tempat pertama kali kami bertemu. Tapi kalau boleh memilih, aku pun tidak bakal mau bertemu lagi dengannya jika keadaannya seperti sekarang.
      Itu benar – benar Becky. Dia tampak bahagia saat ini. Becky mengenakan gaun putih yang anggun, sehingga dia tampak benar – benar memesona. Siapapun yang hadir di sini pasti juga dapat merasakan kebahagiaannya. Tapi tidak dengan diriku.
      Bagaimana aku bias bahagia melihat Becky mengenakan gaun pengantin, dan di sebelahnya berdiri seorang pemuda yang tampak sangat serasi dengannya? Hatiku hancur di atas kebahagiaan orang yang paling kukasihi. Tanpa sadar aku menangis. Padahal menangis adalah pantangan bagi setiap laki – laki. Dan terlebih karena aku tidak mungkin menangis di hadapan orang banyak. Tatapanku bertemu dengan mata Becky. Ia melihatku dan tampak dari wajahnya raut sedih yang saat ini tidak ingin kulihat. Becky memanggil seseorang yang berada di dekatnya dan meminta kertas untuk ditulisi sesuatu. Orang itu kemudian datang padaku dan menyerahkan secarik kertas yang dititipkan Becky padanya.
      Aku membaca pesan yang ditinggalkan Becky dan berlari dari tempat itu menuju mobilku. Dengan sembrono aku mengendarai mobilku di jalan yang sedang ramai. Aku tidak memikirkan apa – apa lagi kecuali wajah dan tawa bahagia Becky dalam gaun pengantinnya. Dan aku tidak bisa merasakan apa – apa lagi sejak mobilku menghantam pembatas jalan tol dalam perjalanan pulang.


Boy I missed your kisses all the time but this is
Twenty five minutes too late
Though you travelled so far
Boy I’m sorry you are
Twenty five minutes too late

becky
 


















*this story is based on the song “25 mintues” by: MLTR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mengatakan...