Minggu, Oktober 20, 2013

Walau Hanya Ada Aku

“Tuh kan, di novel aja cowok-cowok pada seneng sama cewek cerewet kok, cewek yang independen, cewek yang bisa dengan jelas mengungkapkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Bukan cewek kelemer-kelemer kaya tipe cowok kebanyakan yang aku temuin di sekitar kita! Dasar payah!”

Seorang gadis tampak terlalu menggebu-menggebu meluapkan pendapatnya. Pemuda di sebelahnya hanya geleng-geleng kepala mendengar opini dangkal sahabatnya itu.

“Emang dasar kamu aja cewek tukang ngayal!” cetusnya.

“Heh! Jangan asal nuduh gitu, dong!”

Pemuda itu tersenyum melihat wajah cemberut sahabatnya. Puas karena berhasil menyulut amarahnya, sehingga gadis itu mulai memperlihatkan ekspresi merungut yang terlihat lucu di matanya. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain berhasil membuat sahabatnya ini marah dan mengeluarkan ekspresi layaknya anak kecil yang dicuekin. Menggemaskan!

“Kenapa sih kamu malah senyum-senyum gitu?”

Pemuda itu mendekati sahabatnya. Meletakkan tangannya di puncak kepala gadis itu, menggerak-gerakkannya perlahan-lahan dan mulai mengacak-acak rambutnya. Gadis itu diam saja diperlakukan begitu oleh sahabatnya. Seolah hal itu memang biasa diterimanya, seolah hanya dengan begitu kemarahannya dapat diredakan, seolah semua itu dapat menenangkannya. Pemuda tersenyum lagi sembari terus memandangi sahabatnya.

“Terus kenapa emangnya kalo mereka suka cewek pendiam? Terus kenapa emangnya kalo mereka payah, suka jaga image, dan sejuta kebodohan lainnya kalo kamu memiliki aku?”

Gadis itu masih diam. Masih menunggu penjelasan pemuda itu. Masih menatap sahabatnya. Saling tatap, saling mengerti.

“Tidak cukupkah hanya ada aku yang akan selalu menyukai tipe gadis semacam itu, yang cerewet, independen, dan bisa dengan jelas mengungkapkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan? Menyukai kamu? Masih kurang kah?”


Gadis itu menggeleng. Keduanya lalu tersenyum pelan, masih saling menatap, saling mengerti, saling menyukai![]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mengatakan...