“Tuh kan, di novel aja
cowok-cowok pada seneng sama cewek cerewet kok, cewek yang independen, cewek
yang bisa dengan jelas mengungkapkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Bukan
cewek kelemer-kelemer kaya tipe cowok kebanyakan yang aku temuin di sekitar
kita! Dasar payah!”
Seorang gadis tampak terlalu
menggebu-menggebu meluapkan pendapatnya. Pemuda di sebelahnya hanya
geleng-geleng kepala mendengar opini dangkal sahabatnya itu.
“Emang dasar kamu aja cewek
tukang ngayal!” cetusnya.
“Heh! Jangan asal nuduh gitu,
dong!”
Pemuda itu tersenyum melihat
wajah cemberut sahabatnya. Puas karena berhasil menyulut amarahnya, sehingga
gadis itu mulai memperlihatkan ekspresi merungut yang terlihat lucu di matanya.
Tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain berhasil membuat sahabatnya ini
marah dan mengeluarkan ekspresi layaknya anak kecil yang dicuekin. Menggemaskan!
“Kenapa sih kamu malah
senyum-senyum gitu?”
Pemuda itu mendekati sahabatnya. Meletakkan
tangannya di puncak kepala gadis itu, menggerak-gerakkannya perlahan-lahan dan
mulai mengacak-acak rambutnya. Gadis itu diam saja diperlakukan begitu oleh
sahabatnya. Seolah hal itu memang biasa diterimanya, seolah hanya dengan begitu
kemarahannya dapat diredakan, seolah semua itu dapat menenangkannya. Pemuda tersenyum
lagi sembari terus memandangi sahabatnya.
“Terus kenapa emangnya kalo
mereka suka cewek pendiam? Terus kenapa emangnya kalo mereka payah, suka jaga
image, dan sejuta kebodohan lainnya kalo kamu memiliki aku?”
Gadis itu masih diam. Masih menunggu
penjelasan pemuda itu. Masih menatap sahabatnya. Saling tatap, saling mengerti.
“Tidak cukupkah hanya ada aku
yang akan selalu menyukai tipe gadis semacam itu, yang cerewet, independen, dan
bisa dengan jelas mengungkapkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan? Menyukai kamu?
Masih kurang kah?”
Gadis itu menggeleng. Keduanya lalu
tersenyum pelan, masih saling menatap, saling mengerti, saling menyukai![]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mengatakan...